IDGooners – Kurang tajamnya lini depan membuat Arsenal harus mengakhiri Januari 2022 dengan torehan 1 gol dalam 5 pertandingan, dan gagal mencetak gol dalam 4 laga terakhir. Hal ini membuat Arsenal terlihat seperti Gudang Senjata yang kehilangan senjatanya. Maka tak heran jika pada bursa transfer ini Arsenal dengan gigih mencari striker baru dengan target seperti Vlahovic dan Isak. Pada artikel berikut kita akan mendalami performa Aubameyang dan Lacazette.
Musim 2021-2022 menjadi musim yang penuh dengan ups and downs bagi Arsenal. Muncul dan meningkatmya performa punggawa muda Arsenal menjadi salah satu moment terbaik Arsenal musim ini. Namun dibalik itu, performa ujuk tombak Arsenal mengalami penurunan drastis karena berbagai macam faktor. Mantan kapten Arsenal Pierre Emerick Aubameyang dikabarkan melanggar beberapa ketentuan dari klub dan dicopot dari kapten klub bulan lalu. Lacazette juga baru bisa menciptakan 3 gol musim ini walaupun sudah bisa memimpin lini serang Arsenal dengan baik.
Senjata Utama Arsenal
Arsenal memboyong Lacazette dari Lyon pada bursa transfer musim panas 2017 dengan mahar 53 juta Euro. Sedangkan Aubameyang dari Borussia Dortmund pada bursa transfer musim dingin 2018 dengan biaya 63 juta Euro. Lacazette memulai karirnya di Arsenal dengan apik, mencetak gol di laga pembuka kontra Leicester City 90 detik setelah debutnya. Aubameyang juga mencetak gol di laga debutnya melawan everton di Emirates dengan skor akhir 5-1. Lacazette mengakhiri musim debutnya di PL dengan torehan 14 gol dalam 32 penampilan. Aubameyang menutup setengah musim perdananya di Liga Inggris dengan 10 gol dalam 13 pertandingan.
Pada musim 18/19, Auba dan Laca membentuk duo striker mematikan, dengan selebrasi salaman khas yang masih teringat dengan jelas oleh para Gooner. Musim 18/19 juga menjadi musim terbaik Aubameyang di Arsenal, ia mencetak 31 gol dan 8 assist di seluruh kompetisi. Ia juga menyabet pengahargaan golden boot di Premier League bersama Mo Salah dan Mane dengan 22 gol. Musim 18/19 juga bukan musim yang buruk bagi lacazette, ia berhasil mencetak 19 gol dan 13 assist di seluruh kompetisi. Performa apik Aubameyang masih berlanjut ke musim selanjutnya dengan mencetak 29 gol dan 3 assist di seluruh kompetisi. Hal serupa tidak terjadi pada Lacazette yang hanya mampu mencetak 12 gol dan 7 assist di seluruh kompetisi.
Downhill
Peruntungan Lacazette di Arsenal mulai terlihat buram pada musim 19/20, dimana ia hanya menjadi starter 22 kali di Liga Inggris. Lacazette selalu mendapatkan pujian atas work-rate nya, namun Arteta lebih memilih Aubameyang sebagai striker utamanya. Arteta juga memiliki ambisi untuk meremajakan squad dan starting 11 nya. Hal ini membuat Lacazette mulai kehilangan tempat di squad inti Arsenal dan tergantikan oleh Eddie Nketiah.
Untuk seorang strriker sekaliber Aubameyang, hanya mencetak 10 gol di PL merupakan angka yang mengecewakan. Faktanya, Auba belum bisa mereplika performa apiknya pada musim-musim sebelumnya. Sejauh ini pemain asal Gabon tersebut hanya bisa mencetak 4 gol dari 14 pertandingan di Liga Inggris. Statistik tembakan per 90 Auba tidaklah menurun, yang menurun adalah konversinya. Hal ini membuktikan bahwa kesempatan telah ada namun Auba kurang memanfaatkannya. Sejak musim 20/21, Auba kurang memaksimalkan statistik xG (expected goals) nya.
Musim ini, 4 gol dari Auba tercipta dari xG sebanyak 5,8, kurang tajamnya Auba juga dan juga dengan pergerakannya yang kurang baik menjadi masalah. Pergerakan tanpa bola Auba kurang efektif untuk membuat space untuk menyerang. Hal ini menjadi penyebab utama penurunan performa Auba sebagai striker.
Perubahan Taktik
Pada awalnya project Arteta menempatkan Auba sebagai salah satu figur penting di Arsenal. Eks pemain Dortmund ini dulu selalu menjadi bagian dari hampir setiap gol yang diciptakan Arsenal. namun, dengan kemunculan pemain seperti Odegaard, ESR, dan KT taktik arsenal musim ini mulai berubah. Taktik yang dahulu “oper bola ke Aubameyang di zona serang” berubah menjadi memanfaatkan cross dari KT. Dan juga manfaatkan manuver dan pergerakan dari Odegaard dan ESR. Musim ini, kedua taktik ini menjadi senjata utama dari pergerakan ofensif Arsenal. Terbukti, ESR menjadi top scorer Arsenal di PL musim ini dengan 8 gol. Odegaard dan Saka juga menjadi top performer bagi Arsenal dan terlihat tidak tergantikan, belum lagi dengan kemunculan dari Martinelli.
baca juga: KISAH GABRIEL MARTINELLI, BOCAH YANG SEDANG ON FIRE
Taktik baru Arteta ini juga membutuhkan striker dengan kemampuan link-up yang baik. Hal ini membuat Lacazette kembali terpilih sebagai striker utama menggantikan Auba. Dengan pemain muda seperti Martinelli menjadi outlet sebagai finisher mematikan. Dan Lacazette sebagai solusi untuk link-up yang lebih baik di lini depan. Aubameyang harus kehilangan tempat di squad inti Arsenal. Belum lagi membicarakan tantang masalahnya di luar lapangan yang membuatnya tidak lagi menjadi kapten Arsenal.
Statistik
Dilansir dari Fbref musim ini Auba menghasilkan rata-rata 2,89 shot/90 dan 1,39 shot on target/90. Auba juga menghasilkan 23 shot creating action (SCA) dengan rata-rata 2,00 SCA/90. Auba juga menghasilkan 3 goal creating action (GCA) sejauh ini dengan rata-rata 0,26 GCA/90.
Sedangkan untuk Lacazette, 1,42 shot/90 dan 0,75 shot on target/90 merupakan pencapainnya musim ini. Laca juga menghasilkan 42 SCA dan juga 3,96 SCA/90. Dan juga 5 GCA dan 0,47 GCA/90 sejauh ini.
Sebagai referensi, Pemain muda Arsenal, Bukayo Saka, menghasilkan 2,64 shot/90 dan 0,86 shot on target/90. Saka juga menghasilkan sebanyak 76 SCA dan 4,35 SCA/90 dan 5 GCA dan 0,29 GCA/90 sejauh ini.