IdGooners.com – Timbul banyak sekali pertanyaan di benak fans Arsenal tentang keadaan klub kesayanganya saat ini. Pada tiga pertandingan pembuka, The Gunners sama sekali tidak menunjukan performa yang layak. Mereka seperti kehilangan “jiwa” berjuang. Padahal, “jiwa” itulah yang menjadi pondasi penting dalam pertandingan.
Melirik nama-nama yang tertulis di dalam skuad Arsenal. Seharusnya, tim ini layak mendapatkan hasil yang lebih baik. Belum lagi The Gunners baru saja mendatangkan 6 pemain baru. Mereka sangat bisa membawa Arsenal bersaing di papan atas jika mereka mampu mengeluarkan potensi terbaiknya. Sehingga, komposisi skuad seharusnya bukan masalah besar.
Bergeser ke sisi jajaran pelatih. Memang Arsenal tidak diarsiteki oleh pelatih penuh pengalaman. Praktis Arteta hanya menimba ilmu melatih dari mentornya di Manchester City, Pep Guardiola. Tampak jelas sekali dalam pola permainan yang sedang ia usahakan untuk di terapkan di Arsenal.
Arteta mungkin terlalu optimis atau terlalu naif. Ia tidak sadar bahwa skema dan pola permainan yang selama ini diterapkan di lapangan tidak berjalan dengan baik. Pemain di lapangan tampak tidak nyaman dan terlihat belum cocok dan mampu menjalankan skema Arteta. Ini bisa menjadi masalah namun tidak ada yang pantas jadi kambing hitam.
Meninjau lebih jauh dari jajaran pemilik klub. Stan Kroenke mengeluarkan pernyataan di awal jendela transfer telah menyiapkan dana sebesar 250 juta. Tapi, pada kenyataanya Arsenal tidak menghabiskan dana sebesar itu. Kroenke dan jajaranya belum memberikan respon kepada publik atas apa yang terjadi dengan Arsenal. Ini pun jelas menjadi masalah.
Terlihat jelas bahwa permasalahan Arsenal sangat kompleks dari hulu ke hilir. Mulai dari jajaran pemilik, pelatih dan staf, pemain, dan keharmonisan di antara mereka semua. Arsenal tampak tidak memiliki satu visi yang sama. Visi yang sama-sama menjadi tujuan dari semua orang yang terlibat dengan Arsenal, termasuk fans.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Ngobrol.
Ibaratnya, Arsenal sekarang seperti anak SMA yang punya circle masing-masing. Circle pemain senior, circle pemain muda, circle percaya proses, circle tidak percaya pelatih, dan circle-circle aneh lainnya.
Biasanya, jika sudah banyak terbentuk circle, mereka akan saling menggunjingi circle lainnya. Sehingga di lapangan tidak terbentuk rasa percaya antar pemain.
Maka dari itu, pemain Arsenal harus ngobrol. Mencurahkan isi hati sehingga semua pemain saling memahami. Tujuan akhirnya adalah memunculkan rasa percaya satu sama lain.
Peran Arteta sangat penting. Arteta harus mampu menjadi moderator sekaligus teman. Arteta harus menjalin hubungan yang lebih dekat dengan para pemainnya. Caranya persis sama. Ngobrol.
Jika cara ini berhasil, jangan sampai tradisi ngobrol ini hilang. Supaya seluruh tim selalu ingat apa yang menjadi tujuan bersama dan berjuang bersama-sama untuk mencapai tujuan itu.
Bacary Sagna juga berpendapat demikian. Sagna dalam wawancaranya bersama football.london mengatakan bahwa setiap pemain harus saling mempercayai. Percaya kepada pemain muda dan percaya kepada pemain senior.
Kita harus mempercayai para pemain muda. Kita juga harus mempercayai pemain senior seperti Aubameyang dan Lacazette yang benar-benar dapat membawa sesuatu kepada klub. Mereka harus banyak berbicara dengan para pemain muda karena dari pengalaman saya, saya tidak yakin mereka mampu menghadapi tekanan saat ini.
Ujar Sagna kepada football.london