IDGooners – Melihat performa gemilang dari punggawa The Gunners belakangan ini, sepertinya tidak ada yang salah dengan taktik dari Arteta. Walaupun begitu, bukan berarti taktik manajer terbaik Premier League bulan Maret tersebut sempurna tanpa celah. Dalam artikel ini kita akan sama-sama mencari jawaban dari pertanyaan, haruskan Arsenal mempertimbangkan perubahan taktik?
Starting 11 yang Konsisten
Musim ini Arsenal konsisten dalam memilih 11 pemain yang bermain di pertandingan. Spot penjaga gawang sudah terokupasi oleh Aaron Ramsdale yang menggantikan Bernd Leno setelah 3 kekalahan beruntun dan kebobolan 9 gol pada awal musim. Duo bek tengah Ben White dan Gabriel Magalhaes juga tak tergeserkan. Vice captain, Kieran Tierney kembali terpilih sebagai starter utama di posisi bek kiri paska sembuh dari cederanya. Tomiyasu menjadi pilihan utama di posisi bek kanan, walaupun belakangan ini sedang absen karena pemulihan cedera. Untungnya, Cedric Soares yang ditunjuk sebagai deputi Tomiyasu bermain dengan baik.
Trio pemain tengah atau gelandang juga terlihat sudah ditetapkan, yaitu, Xhaka, Partey, dan Odegaard. Tiga pemain tersebut mengisi posisi tengah jika tidak ada kendala seperti cedera atau perubahan taktik. Pada lini depan, ada Martinelli yang kadang berotasi dengan Emile Smith Rowe, Lacazette dan Bukayo Saka. Seperti itulah kira-kira susunan dari starting 11 milik Arsenal musim ini.
Starting 11 yang tetap dan tidak berubah-ubah akan menjaga stabilitas di dalam tim, dan Arteta sukses dalam hal ini. Pada rezim pelatih sebelumnya, starting 11 Arsenal selalu berubah setiap pertandingannya. Fans bahkan tidak bisa menebak siapa yang akan turun menjadi starter dalam pertandingan. Bukan hanya pemain, taktik dan formasi juga kerap berubah, sehingga identitas dari permainan Arsenal tidak terlihat.
Pola yang Harus Diwaspadai
Ada sebuah pola yang dengan mudah dapat terbaca dari taktik Arteta musim ini. Pola tersebut adalah pergantian pemain. Kita bisa lihat pada pertandingan melawan Aston Villa. Skor pertandingan saat itu adalah 1-0 untuk Arsenal. Lacazette terlihat kelelahan di menit-menit terakhir pertandingan dan akhirnya digantikan oleh Eddie Nketiah. Rob Holding juga memasuki lapangan menggantikan Martin Odegaard. Arsenal akhirnya mengubah taktik menjadi 5-3-2 dengan mode low block.
Baca Juga: Patrick Vieira Sang Tangan Emas Arsene Wenger
Eddie Nketiah terlihat sedang joging dan sesekali membantu pertahanan. Masuknya Nketiah hampir tidak memberikan ancaman offensif bagi tim lawan. Sementara Martinelli membantu Tierney untuk mengamankan sisi kiri dan mencegah umpan crossing untuk masuk ke kotak penalti. Rob Holding, Ben White, dan Gabriel bersatu bak Three Musketeers untuk mengamankan kotak pinalti. Aston Villa sempat mendapat peluang emas lewat sepakan bebas jelang peluit berakhir. Untungnya Arsenal berhasil mempertahankan skor 1-0 hingga peluit panjang berbunyi.
Sudah berapa kali skenario di atas kita lihat? Mungkin cukup sering. Jika Arsenal bisa memanfaatkan momentum dan lebih tajam dalam menggunakan counter attack di akhir pertandingan, bisa jadi keunggulan Arsenal akan bertambah. Kita sadar bahwa Arsenal sering kali membuang peluang di depan gawang. Alex Lacazette telah melewati 17 jam dan 53 menit pertandingan Premier League tanpa menghasilkan gol dari open play. Rekor yang kurang baik bagi penyerang utama Arsenal.
Penyesuaian Taktik
Saat ini Arsenal belum memiliki pengganti yang sepadan untuk Lacazette. Arteta harus memaksimalkan skuad yang ia miliki. Beberapa waktu lalu tersiar kabar bahwa Martinelli berlatih sebagai striker di London Colney. Kita semua tahu bahwa Martnelli memiliki kemampuan yang luar biasa. Saya pribadi ingin melihat 3 peman muda bertalenta kita bermain bersama di lini depan. Tentu saja tidak selama 90 menit, karena kita membutuhkan pemain berpengalaman untuk mengkomando lini depan.
Alih-alih menggantikan Martinelli yang masih terlihat energik hingga akhir laga, bagaimana jika ESR turun menggantikan Lacazette. Beberapa waktu lalu Arteta mengatakan bahwa ESR memiliki bakat sebagai false 9. Dengan ini, Martinelli dan ESR bisa saling bertukar posisi dan ditunjang dengan Saka di kanan, Arsenal bisa bermain lebih menyerang. Apalagi di menit-menit terakhir ketika pemain lawan mulai lelah, energi dari 3 pemain depan muda kita bisa menjadi ancaman.
Walaupun tidak mengubah skor, aktifnya pressure yang diberikan dan serangan dari lini depan bisa meringankan beban dari lini belakang. Hal ini bisa diusahakan dengan menerapkan counter attack ataupun bermain dengan possession. Sehingga lawan tidak mengokupasi setengah lapangan karena Arsenal hanya bertahan di kotak penalti. Alih-alih hanya bertahan dengan sekuat tenaga di akhir pertandingan, kita harus bisa memanfaatkan energi yang berlebih dari talenta muda yang kita punya.