Kenapa Wingback Hampir Selalu Ambil Throw-In?

Sumber Foto : LONDON, ENGLAND – OCTOBER 27: Kieran Tierney of Arsenal takes a throw in during the Premier League match between Arsenal FC and Crystal Palace at Emirates Stadium on October 27, 2019 in London, United Kingdom. (Photo by Catherine Ivill/Getty Images)

IDGooners.com – Seorang bek sayap (wingback) punya peran unik dalam setiap skema. Mereka juga memiliki tanggung jawab yang besar baik pada fase menyerang, bertahan, maupun transisi. Maka dari itu, sebagian besar tim papan atas selalu memiliki bek sayap dengan kualitas terbaik. Namun, apapun variasi peran yang mereka miliki. Ada satu tugas yang hampir pasti menjadi milik para bek sayap. Yaitu melakukan lemparan ke dalam (throw-in).

Uniknya, dimanapun posisi lemparan ke dalam, selalu bek sayap yang mengambil peran itu. Bahkan gak jarang kita lihat saat bola keluar lapangan, pemain yang dekat dengan bola menunggu bek sayap untuk datang lalu memberikan bola kepadanya. Sekilas adegan ini terlihat seperti mengulur waktu. Namun, menurut saya keputusan ini memang berkaitan dengan satu hal yang cukup krusial. Yaitu Menjaga shape.

MENJAGA SHAPE

sumber gambar : totalfotballanalysis

Shape berbeda dengan formasi pada starting line-up. Maka dari itu shape tidak selalu sesuai dengan formasi awal. Justru shape dari sebuah tim akan berbeda dalam fase bertahan, transisi, dan menyerang. Shape bagaikan struktur yang terbentuk dari posisi pemain dalam memanfaatkan ruang untuk tujuan bertahan, transisi dan menyerang. Oleh karena itu, shape lebih penting ketimbang formasi awal.

Sebut saja dalam satu pertandingan, Arsenal menurunkan starting line-up dengan susunan 4-3-2-1. Ketika bertahan, pemain membentuk shape 4-4-1-1 sementara dalam fase menyerang membentuk 3-2-5. Pada setiap fase, sangat penting bagi sebuah tim untuk mempertahankan shape. Ini bertujuan agar setiap ruang dapat terkendali dengan baik.

Untuk tim dengan mindset menyerang dan mencetak gol sebanyak mungkin, mengacak shape bertahan lawan adalah kuci utama. Cara paling umum adalah dengan melakukan kombinasi umpan pendek, mengalirkan bola secepat mungkin, dan tidak ragu untuk switch ke sisi yang lain. Namun, ada situasi khusus yang justru merusak shape menyerang, yaitu throw-in.

Ketika situasi throw-in, rentan sekali shape yang terbentuk menjadi berantakan. Untuk meminimalisasi hal tersebut seorang bek sayap selalu mengambil bola throw-in. Karena biasanya bek sayap berdiri paling luar dalam shape fase menyerang.

Mari kita ambil kasus di atas. Arsenal dalam fase menyerang membentuk shape 3-5-2 dengan sisi terluar untuk bek sayap (Tierney dan Tomiyasu). Saat situasi throw-in di sayap kiri, Tierney selalu menjadi eksekutor agar Gabi, Odegaard, dan Xhaka tetap mempertahankan shape sambil mencari ruang untuk menerima lemparan Tierney. Prinsip ini akan memberikan keuntungan karena jika lawan memutuskan melancarkan tekanan ke sisi tersebut, terdapat ruang yang terbuka di sisi lain yang bisa dimanfaatkan (dalam hal ini ruang di depan Saka).

Punya jawaban lain? yuk tulis di komentar!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *