
IDGooners.com – Wajah cerah Mikel Arteta seakan mewakili perasaan gooners di seluruh dunia untuk meyambut hari Senin dengan suka cita. Kemenangan yang patut dirayakan karena Arsenal berhasil tidak hanya membawa pulang tiga poin, tetapi juga berhasil mencetk lima gol ke gawang Norwich City di Carrow Road tanpa balas. Kemenangan ini merupakan kemenangan tandang terbesar The Gunners sepanjang musim ini.
Arteta menyulap Ben White menjadi bek kanan untuk menggantikan posisi Takehiro Tomiyasu yang absen akibat terjangkit Covid-19. Keputusan yang masuk akal karena White di Brighton bermain dengan tiga bek dan ia bertugas melindungi area kanan. Selain itu, stok bek kanan Arsenal malam tadi memang habis. Alasanya persis sama seperti Tomiyasu, Covid-19. Sungguh kompak bukan?
Mantan asisten pelatih Pep Guardiola tersebut juga tetap mempertahankan the winning forward (Lacazette, Odegaard, Saka, Martinelli). Ia tidak ingin momentum kekompakan pemainnya terusik. Bukan berarti menyampingkan Smith Rowe yang tidak kalah bagusnya, toh Smithy selalu menjadi supersub yang produktif. Selama pemain memberikan 110% kemampuan untuk tim, maka tidak perlu ragu dengan siapapun yang berdiri di lapangan membela logo meriam di dada.
Mendominasi Kandang Lawan
Klub sebesar Arsenal memang sudah selayaknya mendominasi di setiap pertandingan. “Dominasi” harus menjadi top of mind dari setiap pemain yang berdiri di lapangan. Arsenal bukan tim yang menganut “yang penting menang”. Meriam London harus menjaga DNA-nya untuk bermain atraktif, mendominasi, menciptakan banyak peluang, dan menciptakan gol melalui skema set play yang menawan.
Ibarat makan mie instan, memang banyak cara makan mie instan dengan tujuan mengenyangkan perut. Tapi, Arsenal bukan sekte yang memakan mie instan dengan cara dikremes, taburi bumbu, lalu hap nyam nyam nyam, kenyang. Arsenal adalah tim yang memakan mie instan dengan cara membuka bungkus dengan rapi, rebus mie selama 2-3 menit, tidak lupa tambahkan sayuran dan telur rebus setengah matang, lalu campur dengan bumbu hingga merata, tiriskan sebentar, lalu nikmati secara perlahan. Niscaya bukan hanya kenyang tapi juga nikmat.
Laga malam tadi adalah penjabaran jelas dari metafora makan mie instan barusan. The Gunners berhasil mendominasi pertandingan selama 90 menit penuh. Padahal, mereka bermain di kandang Norwich City, Carrow Road. Melakukan 64,8% penguasaan bola. Mereka menciptakan 585 umpan, 16 peluang, dan 5 gol. Dan yang tidak kalah penting adalah cleansheet, dong.

Efektif dan Efisien
Gak cukup dengan mendominasi, permainan Arsenal pada laga ini cukup efektif. Menurut understat, The Gunners menciptakan hanya 2,88 angka harapan gol (xG). Tapi, berhasil mencetak 5 gol (selisih antara xG dan goal sebesar 2,12). Artinya, ada beberapa peluang yang sulit untuk dieksekusi justru berhasil berbuah gol. Jika menyampingkan xG penalti (0,76), maka Arsenal berhasil mencetak 4 gol dari 2,12 xG. Ini keren sih. Efektif dan efisien.
Dua gol Saka bisa terbilang gol sulit karena sudut dan jarak tembakan yang sulit, juga masih ada beberap pemain lawan yang menghadang di depan. Sementara gol Tierney dan Smith Rowe sedikit lebih mudah karena langsung berhadapan dengan gawang. Sementara gol penalti Lacazette pasti jadi xG paling tinggi.
O Legacy

Beberapa penyedia data statistik dan media menobatkan Bukayo Saka sebagai man of the match. Tapi, buat saya pribadi man of the match lebih layak untuk Martin Odegaard. Meskipun tidak mencetak gol, tapi kontribusi umpan, pergerakan, dan visi yang ia tunjukan sangat berguna untuk seluruh gol.
Statistik di atas dari sofascore sedikit menggambarkan kontribusi Odegaard. Pemain asal Norwegia ini menciptakan 63 umpan dengan akurasi 87%. Ia juga adalah pemain dengan umpan terbanyak di sepetiga lapangan. Ia menciptakan 3 peluang dan dua gol berhasil berbuah gol. Satu hal yang tidak bisa dijelaskan statistik adalah visi.
Contoh paling mudah untuk melihat visi Odegaard adalah dari proses terciptanya gol Tierney.
Odegaard mendapatkan bola di sisi kanan, ada ruang terbuka untuk Saka dan Lacazette. Tapi, ia sadar bahwa Saka dan Lacazette ada di jarak pandang pemain belakang Norwich City. Lalu ia menggiring bola perlahan ke tengah agar Laca dan Saka bergerak masuk dan memancing pemain bertahan lawan. Sekaligus memberikan waktu kepada Tierney untuk berlari dan terhindar dari pengawasan pemain belakang lawan.
Dengan timing dan akurasi umpan yang jitu, Odegaard melepaskan umpan tepat di kaki Tierney. Sehingga Tierney mampu mengeksekusi umpan manja itu dengan sempurna.
Visi seperti ini mengingatkan saya kepada O yang lain. Betul. Ozil. Memang visi Odegaard belum se-ekstrem Ozil, namun ia berjalan ke arah sana. Jam terbang akan menjadi pupuk bagi Odegaard untuk menyempurnakan O Legacy.
semoga konsisten