Leicester City vs Arsenal : Laga Ketat

IdGooners.com – Setelah tidak terkalahkan dalam 6 laga beruntun, Arsenal menghadapi tembok tebal bernama Leicester City. Dalam 5 pertemuan terakhir, The Gunners menelan 4 kekalahan. Tetapi, pada pertemuan terakhir di King Power Stadium skuad asuhan Mikel Arteta berhasil mencuri tiga poin.

Laga ini berpotensi menyajikan tontonan menghibur dengan tensi tinggi. Pasalnya Leicester City dan Arsenal sedang dalam performa yang cukup menjanjikan. Leicester City secara produktivitas gol lebih baik dari tim tamu, tetapi Arsenal setelah mempakemkan back four (White, Gabriel, Tierney, Tomiyasu) hanya kebobolan 4 gol dari 6 pertandingan dengan 3 kali catatan cleansheet di Liga Inggris.

TEAM NEWS

Kieran Tierney masih diragukan tampil. Sang manajer mengkonfirmasi dalam wawancara di Arsenal.com bahwa Tierney masih belum siap 100%. Tapi, Arteta akan terus memperhatikan perkembangannya hingga menjelang laga. Jika memang Tierney belum bisa tampil, Tavares akan kembali mengisi pos bek kiri.

Belum ada informasi lebih lanjut terkait dengan perkembangan pemulihan cedera Granit Xhaka. Arteta masih memiliki beberapa opsi untuk mengisi posisi Xhaka. Lokonga, Maitland-niles, dan El-Neny siap untuk menemani Thomas Partey sebagai double pivot.

Ben White yang harus ditarik di awal babak kedua kala bertemu dengan Leeds United tengah pekan lalu kabarnya masih memungkinkan untuk bermain. Kemungkinan besar back four yang masih unbeaten ini bisa bermain dengan kekuatan penuh.

AUBA-LACA CONNECTION

Penampilan impresif Auba dan Laca pada laga melawan Aston Villa memberikan warna baru dalam lini serang Arsenal. Di atas kertas Auba dan Laca berdiri sejajar di depan. Namun, di atas lapangan Laca lebih sering berada di belakang Auba sebagai second striker. Sementara Auba fokus memaksimalkan perannya sebagai poacher. Sebab itu, Auba-Laca connection bisa menjadi pilihan bagus untuk laga tandang melawan Leicester City.

Warna baru yang Laca bawa ke dalam lapangan adalah metode membuka ruang yang proaktif. Laca memiliki sentuhan dan umpan pendek yang akurat. Kapabilitas ini selaras dengan kapabilitas Saka dan Smith Rowe yang bermain di area half-space.

Kemanapun arah bola progressif, Laca akan mencari posisi mendekati pemain yang memegang bola. Hal tersebut ia lakukan supaya Saka atau Smith Rowe yang memegang bola memiliki opsi melakukan umpan pendek dengan Laca. Tentu dengan dukungan dari bek sayap yang overlap atau Partey yang bergerak masuk ke dalam area pertahanan lawan.

Laca meskipun memiliki postur yang tidak terlalu jangkung, ia memiliki ketahanan dan keseimbangan tubuh yang kuat. Sehingga, ketika bek lawan berusaha menutup ruang Laca masih bisa memanfaatkan tubuhnya untuk melindungi bola dan berperan sebagai “tembok”.

Selain itu, Laca dan Auba telah bermain bersama cukup lama. Sehingga, asumsinya mereka memiliki chemistry yang lebih kuat. Berbeda jika Odegaard atau Smith Rowe yang bermain di belakang Auba. Mereka belum terlalu lama bermain bersama dan masih membutuhkan waktu untuk menjalin chemistry yang kuat.

Bercermin dari laga melawan Crystal Palace dan Aston Villa, melihat gestur, mimik, dan bahasa tubuhnya, Laca tampak bermain penuh determinasi dan membawa kemenangan untuk logo yang ada di dada kirinya.

Terlihat jelas pada gol pertama Partey kala bertemu dengan Aston Villa, ekspresi Laca penuh gairah dan spirit. Ia juga tidak berhenti untuk terus melakukan early press bersama Auba, Saka, dan Smith Rowe selama ia berdiri di lapangan. Ini bisa menjadi hal detil yang dapat menjadi titik perbedaan agar Arsenal mampu mencuri poin di King Power Stadium.

UJIAN BERAT BAGI BACK FOUR

Sampai tulisan ini dibuat, pertahanan Arsenal hanya kebobolan 4 gol dari 6 pertandingan Liga Inggris. Kontribusi lini pertahanan cukup besar atas 14 poin yang The Gunners dapatkan sejak bulan September. Tapi, catatan ini akan menghadapi ujian berat pada laga malam nanti kala Meriam London bertamu ke kandang Leicester City.

Semenjak Ben White dan Gabriel Magalhaes bermain bersama, koordinasi lini pertahanan Arsenal jauh lebih lugas. Duet Ben-Gabi berhasil mencatatkan 2,19 tackle succes/game. Lebih baik dari duet Ruben Dias-Laporte (1,75) dan Virgil-Matip (1,53).

Mereka juga rajin dalam melakukan pressing ketika lawan menguasai bola di area pertahanan. Ben-Gabi mencatatkan 11,81 pressure/game, lebih baik dari duet Dies-Laporte (9,29) dan Virgil-Matip (9,42). Catatan ini menunjukan bahwa Ben-Gabi cukup mampu dalam menerapkan strategi high to medium line defense. Strategi ini seiring dengan early pressing yang Arteta terapkan.

Tetapi, laga malam nanti Ben, Gabi, Tomi, dan Tierney atau Tavares akan menghadapi lawan sulit. Mereka harus menghadapi Vardy, Daka, dan Iheanacho yang sangat produktif di musim ini. Berkat kontribusi mereka, Leicester City berhasil melesatkan 15 gol dari 9 laga dengan expected Goal (xG) sebesar 14,3 (selisih gol dan xG adalah 0,7). Artinya, mereka cukup mampu dalam memanfaatkan peluang yang berakhir dengan gol.

Jamie Vardy menjadi top skor sementara dalam laga The Gunners vs The Foxes. Vardy telah menyarangkan 10 gol sejak gol pertamanya pada musim 2015/2016. Apalagi, Vardy akan bermain di rumahnya sendiri, King Power Stadium. Motivasinya untuk membobol gawang Ramsdale menjadi berlipat ganda.

Pertandingan ini sangat ditentukan oleh performa lini belakang Arsenal dan lini depan Leicester City. Jika Ben White dan kawan-kawan mampu meredam serangan The Foxes. Bukan tidak mungkin The Gunners bisa membawa pulang 1 angka atau bahkan 3 angka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *