
IdGooners.com – Bahasa Sunda punya sebuah ungkapan yang berbunyi: bonteng ngalawan kadu (timun melawan durian). Makna metaforanya adalah suatu keadaan ketika kubu yang amat kuat (durian) menghadapi kubu yang tidak dianggap kuat (timun). Makna dari ungkapan ini sangat cocok untuk menggambarkan dua tim yang akan berlaga di Anfield akhir pekan ini.
“Durian” endemik asal Merseyside ini agak berbeda, mereka berwarna merah bukan berwarna kuning seperti biasanya. Rasanya manis dan aromanya semerbak sampai ke sudut-sudut Merseyside. Duri-duri nya sangat tajam, kulitnya tebal, sehingga tidak sembarang orang yang bisa membelah “durian” ini.
Jurgen Klopp sebagai kepala ladang sangat mengerti seluk beluk “durian”. “Durian” mana yang cukup matang, mana yang setengah matang. Pupuk apa yang paling tepat agar “durian” ini semakin bertumbuh dengan sehat. Kapan waktu panen paling tepat. Bahkan Klopp tau bagaimana mengakali “durian” yang sudah busuk tetapi tetap laku di pasar.
“Durian” milik Klopp hampir tidak punya kelemahan.
Lawannya adalah “timun” endemik dari London Utara. Timun ini tidak berwarna hijau. Berukuran tidak terlalu besar tetapi sangat segar. Di pasar pun cukup laku. Menurut konsumen, “timun” ini menyejukan. Sayangnya, mereka masih malu-malu untuk mengakui ke khalayak ramai betapa segarnya “timun” ini.
Ladang “timun” endemik ini dipimpin oleh seorang fresh graduate jurusan teknologi pangan di University of Pep Guardiola bernama Mikel Arteta. Wajar, kalau dia masih sedikit meraba-raba. Masih harus belajar dan bertahan di tengah persaingan pasar. Jadi gak heran, kalau dia baru menemukan formula terbaik untuk “timun” nya pada dua bulan terakhir.
Malam nanti, “durian” dan “timun” akan beradu untuk menunjukan siapa yang paling kuat.
***
Dalam logika siapapun, jika sebuah durian adu hantam dengan timun. Durian tidak mungkin kalah. Logika ini juga berlaku untuk laga malam nanti. Di atas kertas, Liverpool jauh di atas Arsenal. Meriam London hampir tidak memiliki peluang untuk bisa mengalahkan sang “durian” Liverpool.
Tapi, di sini lah titik keunikan sepak bola. Tim yang tidak diunggulkan selalu memiliki peluang untuk mengalahkan tim yang diunggulkan. Fakta di atas kertas memang bisa menjadi sumber informasi untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dalam 90 menit. Namun, terlalu banyak faktor yang bisa membalikan fakta di atas kertas dan membuat semua penonton terkejut.
Unsur kejutan ini yang bisa Arteta manfaatkan untuk memberikan perlawanan kepada pasukan Jurgen Klopp.
***
Menghadapi tim atraktif seperti Liverpool, bermain bertahan sama saja dengan bunuh diri. Jika mereka memiliki keleluasaan dalam menguasai bola, berkreasi, hingga menciptakan peluang. Pertahanan solid yang Arsenal tunjukan dalam 10 pertandingan terakhir pun dipastikan akan kewalahan. Pemain seperti Mo Salah bisa memanfaatkan peluang se-kecil apapun.
Cara yang paling logis untuk meredam Liverpool di Anfield adalah dengan keberanian dan proaktif. Berani untuk memberikan tekanan di depan, counter press, tidak banyak menunggu, dan jangan lengah. Intinya, jangan biarkan mereka merasa nyaman ketika memegang bola.
Mau gak mau 11 pemain yang Arteta turunkan harus selalu terlibat dalam segala fase (bertahan, menyerang, transisi).
Dalam dua pertandingan terakhir, Liverpool selalu kebobolan dari skema tendangan pojok. Sebaliknya Arsenal, sudah mulai menemukan skema set piece jitu. Terbukti mereka berhasil mencetak gol dari tendangan pojok dalam dua laga beruntun (vs Aston Villa dan Leicester City). Arteta mungkin menyadari hal ini dan menyiapkan skema set piece khusus bersama Nicolas Jover.
Arteta juga bisa memanfaatkan serangan balik. Trent Alexander Arnold yang sering sekali naik membantu lini serang akan meninggalkan pos nya di sayap kiri The Gunners. Ini bisa menjadi celah yang bisa dimanfaatkan The Smith dan Kieran Tierney/Nuno Tavares dalam skema serangan balik cepat.
***
Skema apapun yang Arteta terapkan jangan sampai melupakan lini belakang. Praktis dalam laga ini, Aaron Ramsdale dan kawan-kawan yang belum terkalahkan dalam 10 laga terakhir akan menghadapi ujian yang sebenarnya. Jika mereka berhasil meredam serangan Salah dan kawan-kawan, tingkat kepercayaan diri mereka akan meroket.
Meskipun belum terkalahkan, lini belakang Arsenal memiliki kelemahan yang cukup kontras, yaitu kecepatan. Empat pemain belakang reguler mereka cukup baik dalam segi kolektivitas namun mereka sering kalah jika diajak adu sprint. Hanya Kieran Tierney yang sedikit memiliki kecepatan, sisanya masih belum.
Bercermin di laga melawan Brighton. Takehiro Tomiyasu yang tampil menjanjikan di laga sebelumnya justru kewalahan menghadapi Cucurella. Berulang kali Cucurella mampu mengeksploitasi sisi kanan Meriam London.
Itu baru Cucurella, malam nanti mereka akan menghadapi Salah, Mane, Diogo Jota yang jauh lebih cepat. Bisa dibayangkan betapa menariknya bukan?
Saya pribadi sedikit mengesampingkan hasil pertandingan. Saya justru tidak sabar menantikan bagaimana lini pertahanan Arsenal yang sejauh ini dikenal solid akan menghadapi lini serang paling produktif di liga.