Martin Odegaard sempat mendapatkan cap flop dari para pecinta sepak bola. Kepindahannya ke Real Madrid tak lama setelah ulang tahunnya yang ke 16 sempat membuat Odegaard kesulitan untuk memenuhi potensial tingginya. Namun, saat ini, Odegaard telah menginjak umur 23 tahun dan bermain secara reguler di level tinggi bersama Arsenal. Tak hanya begitu dia juga adalah salah satu aktor penting di dalam skuad muda The Gunners musim ini.
Di dalam artikel berikut kita kan bersama-sama membahas tentang cerita dari Martin Odegaard. Seorang wonderkid yang hampir saja gagal karena besarnya ekspektasi dari publik di umur yang masih sangat muda. Mengapa ia membutuhkan waktu yang terbilang lama untuk bersinar. Dan apa yang membuat Martin sangat cocok dengan gaya bermain Arsenal saat ini.
Wonderkid Kelas Dunia
Kumunculan nama Martin Odegaard di dalam dunia sepak bola berlangsung dengan cepat. Mencatatkan debutnya bersama tim asal Norwegia, Stromsgodset pada tahun 2014 saat ia hanya berumur 15 tahun. Dan menjadi debutan termuda klub pada saat itu. Tak lama kemudian ia juga mencatatkan rekor sebagai pencetak gol termuda di liga tersebut. Pada musim panas di tahun yang sama ia menjadi debutan termuda yang bermain untuk timnas Norwegia. Martin bermain selama 90 menit melawan UEA dalam pertandingan persahabatan.
Dengan sederet rekor yang ia pecahkan ketika masih berusia sangat muda, tak butuh waktu lama bagi Odegaard untuk naik daun. Namanya mulai terkenal secara luas sebagai salah satu pemain muda dengan potensial kelas dunia. tak hanya di atas kertas, video Odegaard dengan mudah bermain melawan peman yang usianya jauh lebih tua darinya pun tersebar luas di dunia maya. Video skill umpan apiknya pun tak kalah viral, pass cantik yang diproduksinya dapat membelah pertahanan lawan. Ia dapat mengumpan untuk teman setimnya dengan pass yang sangat bagus bagi standar usianya saat itu.
Dengan skill playmakingnya yang di atas rata-rata, Odegaard mencuri perhatian dari kedua klub Manchester dan Barcelona. Martin bahkan disebut-sebut sebagai Lionel Messi dari Norwegia. Pada musim dingin tahun 2014, ia sempat berlatih dengan Livepool dan Bayern Munich sebelum akhirnya bergabung bersama Real Madrid.
Real Madrid
Bergabung dengan salah satu tim tebesar di dunia seperti Real Madrid menjadi mimpi dari banyak orang. Namun ternyata bukanlah sesuatu yang ideal untuk anak muda berusia 16 tahun seperti Odegaard. Espektasi tinggi dan tuntutan dari publik serta salah satu fanbase terbesar dan penuh semangat menjadi tantangan besar bagi Odegaard. Rumor kontrak dengan gaji sebesar 80.000 pundsterling perminggu juga semakin menambah tekanan untuknya.
Martin juga menghadapi keadaan yang unik di Real Madrid. Ia berlatih dengan skuad utama Los Blancos sebelum kemudian bertanding bersama dengan rekan-rekannya di Real Madrid Castilla. Rekan setimnya di Castilla juga mengatakan bahwa Odegaard lebih tertarik untuk berlatih bersama Cristiano Ronaldo dkk dibandingkan membantu rekannya di Castilla. Rekan setimnya juga berpendapat bahwa mereka bermain lebih buruk dengan adanya Martin di line up. Ia juga pada akhirnya diturunkan dari starting line up utama Madrid oleh Zidane setelah beberapa hasil yang buruk.
Hal di atas membuat banyak orang akhirnya ragu dengan kemampuan Odegaard. Tekanan yang Martin peroleh dari publik juga tidak mempermudah proses perkembangannya di Madrid. Menggantikan sosok Modric dan Toni Kross di lini tengah Madrid juga bukanlah tugas yang mudah. Karena tidak kunjung mendapatkan kesempatan untuk bermain reguler di tim inti Madrid, Martin kemudian menjalani beberapa loan agar bisa berkembang.
Baca Juga: Haruskah Arsenal Mempertimbangkan Perubahan Taktik?
Heerenveen & Vitesse
Tak lama setelah ulang tahunnya yang ke-18, Martin bergabung dengan klub asal Belanda, Hereenveen dengan status pinjaman. Masa peminjaman selama 18 bulannya di Hereenveen tidak membuahkan sesuatu yang spektakuler, karena ia hanya berhasil mencatatkan 7 G/A. Walau begitu ia mendpaatkan 2.943 menit bermain di Belanda, yang bisa membuatnya mendapatkan pengalaman yang berarti.
Tes selanjutnya bagi Martin adalah ketika ia mendapat tugas untuk menggantikan posisi Mason Mount yang bermain bagus pada musim sebelumnya di Vitesse pada musim 18/19. Mason Mount sendiri adalah pemain pinjaman dari Chelsea pada saat itu. Odegaard sendiri berhasil menghadapi tantangan tersebut, dan menjadi pemain penting bagi Vitesse. Dia bermain reguler selama musim itu, dan mencatatkan 9 gol, terbanyak kedua di skud Vitesse. Dan juga berhasil mendapatkan 12 assist, terbanyak di Vitesse musim itu.
Musim itu ia menjadi Player of The Year versi Vitesse. Martin juga berhasil mencatatkan namanya di Team of The Year versi Eradivisie. Pelatih Vitesse juga memberikan pujian untuk Martin karena kekuatan mentalnya. Kesuksesan peminjamannya di Belanda akhirnya membuatnya mendapatkan kesempatan untuk menjalani masa peminjaman yang lebih menarik lagi.
Real Sociedad
Martin Odegaard juga melanjutkan performa mengagumkannya di Real Sociedad. pada La Liga musim 19/20, berada di peringkat teratas di klub untuk chances created/90. Odegaard mencatatkan 2,2 key passes/90, dimana dengan angka yang sama ia akan menjadi top kreator di Real Madrid musim itu. Martin juga membantu Real Sociedad untuk finish di klasemen no 6 La Liga, hasil terbaik Sociedad selama 3 tahun terakhir.
Tekad Odegaard untuk membantu timnya juga terlihat lumayan jelas. Da hanya absen di 7 laga dalam satu musim bersama Real Sociedad. Padahal, musim itu Odegaard diterpa badai cedera, dan harus memainkan beberapa pertandingan dengan kondisi yang kurang fit.
Kembali Pulang
Setelah suksesnya peminjaman Odegaard di Belanda dan juga kasta teratas Liga Spanyol, akhirnya Martin kembali pulang ke Madrid. Awalnya kontrak peminjaman Odegaard ke Sociedad akan berlangsung selama 2 musim. Tapi melihat performa Odegaard yang tak main-main, tak heran rsanya jika Madrid ingin memulangkan anak emasnya itu secepatnya.
Odegaard memulai musim dengan Madrid di starting line up milik Zidane. Namun, awal baik ini ternyata tidak berlangsung lama. ZIdane menarik keluar Odegaard setelah babak pertama, pada penampilan keduanya sebagai starter. Dan lebih mengejutkan lagi, Martin hanya bermain 3 kali sebagai starter setelah itu selama 4 bulan.
Penyebab hal ini sebagian besar adalah karena cedera yang diderita oleh Martin. Namun, Zidane yang enggan bermain dengan formasi 4-2-3-1 yang membuat Odegaard bersinar di Sociedad juga menjadi faktor. Odegard juga belum mampu menggantikan sosok Kross dan Modric sebagai creative outlet Real Madrid. Modric, Kross dan juga Casemiro juga memperoleh kepercayaan penuh oleh Zidane di lini tengah.
Untungnya keadaan di atas tidak berlangsung terlalu lama. Karena kesempatan bermainnya terbatas, Odegaard akhirnya bergabung dengan Arsenal pada bulan Januari musim itu dengan status pinjaman. Kepindahan Odegaard ke Arsenal menjadi lagkah yang krusial dalam karir Odegaard.
Baca Juga: Haruskah Arsenal Mempertimbangkan Perubahan Taktik?
Arsenal
Odegaard akhirnya menjalani fase peminjaman yang terakhirnya bersama Arsenal. Dia bergabung dengan skuad Arsenal yang saat itu sedang terseok-seok di Liga Inggris. Menjalani hampir 2 bulan tanpa kemenangan, dan mulai bangkit pada bulan desember dengan munculnya ESR sebagai kreator utama. Arsenal menjelajahi bursa transfer saat itu untuk mencari seorang kreator untuk menjadi saingan dari ESR.
Martin bergabung dengan tim yang sedang berusaha untuk mendaki klasemen Premier League pada saat itu. Arsenal pun juga sedang sangat membutuhkan sosok kreator yang mumpuni. Walaupun saat itu ESR bermain baik, resikonya sangat besar jika harus bertumpu pada pemain muda berusia 20 tahun. Jadi, Odegaard dan Arsenal terlihat sangat cocok dari segala aspek.
Pemain asal Norwegia tersebut mencetak gol penyeimbang di North London Derby pertamanya. Walaupun begitu, Odegaard membutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk mencatatkan assist pertamanya. Penampilan Odegaard bersama Arsenal pada masa peminjamannya berjalan dengan lancar jika mengingat bahwa Martin belum pernah bermain di Liga Inggris sebelumnya.
Kembali ke Spanyol
Setelah 6 bulan di London dan menjadikan emirates sebagai rumah sementara Odegaard memutuskan untuk kembali ke Real Madrid. Martin mencatatkan 1 gol dan 2 assist bagi klub London Utara di Premier League dalam 14 pertandingan. Walaupun tarsiar kabar bahwa Arsenal berniat untuk menjadikan Odegaard sebagai punggawa permanen, semua keputusan tetap berada di tangan Real Madrid.
Odegaard pun telah memutuskan untuk bertahan di Real Madrid untuk berjuang mendapatkan tempat di tim utama Madrid yang diasuh oleh pelatih baru, Ancelotti. Dengan kedatangan manager baru, ia berharap bisa menembus first team Real Madrid. Martin memilih untuk mengambil resiko untuk mendaptkan spot yang saat itu menjadi milik Kross dan Modric yang mulai menua.
Dalam sebuah interview, Odegaard mengatakan bahwa Real Madrid menginginkannya untuk kembali, dan sekarang adalah saat yang tepat. Dia berkata bahwa bermain untuk Real Madrid adalah impian dan tujuannya dan setelah 6 tahun berada di Madrid mungkin kesempatannya akan segera datang. Selama berada di Emirates, Martin memainkan total 20 laga dan gagal membantu The Gunners untuk megunci posisi 4 besar di klasemen Liga Inggris ataupun memenangkan trofi.
Rumor Transfer
Setalah membuat statemen secara publik bahwa ia ingin bermain untuk Madrid, Martin mula mengikuti latihan persiapan musim selanjutnya. Namun tak lama, tersiar kabar bahwa Odegaard tidak terlihat bahagia ketika berlatih. Ia terlihat tidak begitu nyambung dengan apa yang terjadi di Bernabeu dan rekan-rekannya yang lain. Hal ini membuat asa Arsenal untuk mempermanenkan Odegaard masih belum berakhir.
Pada bursa transfer itu, Arsenal memang giat mencari creative outlet untuk tim mudanya. Arsenal dikaitkan dengan beberapa nama seperti James Maddison yang tidak kalah bagus dengan Odegaard. Namun, Leicester City meminta harga yang terlalu tinggi untuk pemain asal Inggris tersebut, sehingga Arsenal terlihat ragu. Dan dengan kabar bahwa masa depan Odegaard belum menentu di Real Madris, Arsenal masih berusaha untuk merekrutnya.
Menemukan “Rumah”
Setelah saga dan rumor yang panjang, akhirnya Arsenal mengkonfirmasi kedatangan Odegaard secara permanen dengan mahar sekitar 30 juta Poundsterling. Setelah menjalani masa peminjaman yang sukses Martin tidak perlu lagi beradaptasi dengan gaya bermain The Gunners. Kedatangan Odegaard akhirnya menyudahi pencarian panjang Arsenal untuk seorang kreator sepanjang musim panas. Dan juga menyudahi keraguan Odegaard lantaran tidak bisa menembus tim utama Carlo Ancelotti di Madrid.
Musim ini, Odegaard menjadi sosok yang berpengaruh besar untuk kreatifitas The Gunner. Sekarang Odegaard menjadi favorite Mikel Arteta untuk mengisi spot di lini tengah daripada ESR. Peran Emile Smith Rowe pun sedikit berubah menjadi wide creator melapisi spot Martinelli di sisi kiri.
Martin pun diuntungkan oleh adanya stabilitas dalam skuad Mikel Arteta yang terdiri dari pemain muda. Dengan kedatangan Ben White dan Aaron Ramsdale pada bursa transfer yang sama membuat pertahanan Arsenal jauh lebih seimbang. Thomas Partey yang sudah mulai terlihat lebih fit membuat lini tengah juga semakin terkontrol. Kombinasinya dengan Bukayo Saka di sisi kanan juga menjadi ramuan utama serangan Arteta musim ini.
Musim ini Martin membuat 2,5 chances/90 dan 2,2 operan ke kotak pinalti lawan/90, tertinggi di Arsenal. Bukan hanya serangan, kebebasan yang didapatkannya untuk bertahan dan menyerang membuatnya menjadi vocal point dalam build up Arsenal. Dia tercatatat menjadi pemain yang paling aktif melakukan pressing/90 untuk Arsenal musim ini.
Dalam sebuah wawancara, Odegaard mengatakan bahwa Arsenal sudah menjadi rumah baginya. Ia juga berkata bahwa dia bahagia akhirnya bisa bermain reguler dan mendapatkan stabilitas dan tempat permanen di tim. Odegaard tidak perlu lagi bertanya-tanya kemanakah ia akan berlabuh pada bursa transfer mendatang karena saat ini sudah menemukan rumah permanen.
Pelajaran
Cerita Odegaard diatas bisa menjadi contoh bagi semua pemain muda di luar sana. Espektasi yang besar bisa menjadi hambatan bagi perkembangan permainan. Dan kepindahan menuju klub yang besar belum tentu berbuah kesuksesan. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa berkembang sebagaimana biasa, meraka hanya perlu fokus dan tidak terlalu memperhatikan opini dan tekanan dari publik.
Setelah 6 tahun berada di Madrid dan beberapa kali berpindah klub. Odegaard akhirnya mampu untuk membuktikan talenta yang dimilikinya. Kesabaran dan keuletan juga menjadi kunci penting bagi para pemain muda di luar sana. Seperti itulah cerita panjang perjalanan Odegaard, dari mulai muncul dan terkenal pada usia muda hingga menjadi faktor penting dari kesuksesan Arsenal saat ini.