
IdGooners.com – Memasuki akhir tahun, Arsenal berhadapan dengan jadwal padat. Bukan hanya padat, tapi daftar tim yang menunggu Meriam London bukan tim sembarangan. Jumat dini hari nanti, The Gunners akan melawat ke kandang The Red Devils. Pasukan Mikel Arteta membawa misi besar untuk mempertahankan konsistensi dan pulang membawa angka.
Baik Manchester United maupun Arsenal sedang dalam proses mengembalikan masa kejayaanya. Dari segi manajerial, susunan pelatih, pemain, bahkan permainan di lapangan. Meskipun Arsenal sementara ini berada di atas United dari segi perolehan angka, tapi bermain di Old Trafford akan menjadi keuntungan tersendiri bagi pasukan Michael Carrick.
Arsenal yang berhasil bounce back di akhir pekan lalu datang dengan rasa percaya diri. Tetapi, United justru sedang mendapatkan euphoria segar setelah mendatangkan manajer (interim) baru. Setiap pemain pasti ingin membuktikan kepada pelatih baru mereka bahwa dirinya pantas mendapatkan tempat utama.
FLEKSIBILITAS SKUAD MIKEL ARTETA
Sepanjang musim 2021/2022 Arteta telah menerapkan dua skema pokok yaitu 4-4-2 (variasi 4-4-1-1) dan 4-2-3-1 (variasi 4-3-3). Keduanya tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tugas Arteta dan stafnya yang harus jeli penggunaan dua skema tersebut.
Dua sistem ini terbukti berjalan dalam 2-3 pertandingan. Namun, setelah itu lawan sudah bisa menganalisa titik kelemahan dari setiap skema yang Arteta terapkan. Jadi, penting bagi Arsenal untuk terus meningkatkan taktik dan membantu pemain agar lebih cepat adaptasi. Di sisi lain, dengan dua skema pokok tersebut menandakan bahwa Arteta memiliki sedikit fleksibilitas di dalam skuadnya.
Arteta bisa menerapkan skema 4-4-2 yang membawa Arsenal unbeaten di 10 laga. Namun, skema ini terbongkar oleh Jurgen Klopp. Ia dengan gamblang membeberkan kelemahan-kelemahan dari 4-4-2 milik Arteta. Sisi baiknya Arteta memiliki peluang untuk melakukan improvement agar pola dan organisasi di lapangan semakin halus dan rapi. Setidaknya meminimalisasi kelemahan dan memaksimalkan kelebihan.
Ketika menggunakan 4-4-2 Saka dan Smith Rowe bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Pasalnya, duo hale end ini mendapat kebebasan ruang di half space bahkan sampai ke dalam kotak penalti dengan memanfaatkan ruang di belakang pemain belakang lawan. Selain itu, dengan Laca dan Auba di depan menambah tekanan kepada pemain belakang lawan baik dalam fase menyerang maupun bertahan.
Arteta juga bisa menerapkan kembali 4-2-3-1 yang ia gunakan di awal kompetisi. Skema ini ia pakai pada laga terakhir kala menjamu Newcastle United. Pada laga tersebut intensitas serangan dan tekanan memang tidak sebesar ketika Arsenal bermain dengan 4-4-2. Tetapi, skema ini memberikan lebih banyak ruang kepada dua bek sayap (Tomiyasu dan Tavares). Karena dua winger akan bergerak lebih ke dalam untuk menciptakan ruang di sayap dan menarik perhatian bek lawan.
Dengan skema ini biasanya Arteta lebih memilih Odegaard di belakang Auba. Kreativitas akan terbebankan kepada Odegaard sementara Smith Rowe dan Saka yang akan membantu Odegaard dalam mengeksekusi kreativitasnya. Koneksi antara Odegaard, Saka, dan Smith Rowe sangat penting dalam skema ini.
Kemungkinan besar Arteta akan kembali ke 4-4-2 dengan Laca dan Auba di depan. Selain dari segi taktik, kehadiran dua pemain senior tentu sangat penting. Mirip seperti laga melawan Liverpool, terlalu riskan jika terlalu banyak mengandalkan pemain muda. Walaupun, sejauh ini kenyataanya justru para pemain muda yang lebih banyak berkontribusi terhadap poin yang Arsenal raih.
MEWASPADAI SEMANGAT BARU SETAN MERAH
Pasca mundurnya Ole Gunnar Solksjaer dari kursi pelatih utama, penampilan Manchester United perlahan membaik. Mereka bermain lebih determinatif dan menunjukan passion terhadap logo di dada kirinya. Bahkan, akhir pekan lalu mereka berhasil menahan imbang pemuncak klasemen di kandangnya sendiri.
Kedatangan Ralf Rangnick tentu memberikan efek psikologis. Meskipun, mantan pelatih RB Leipzig tersebut belum bisa mendampingi langung di pinggir lapangan. Namun, seluruh pemain United pasti memiliki semangat dan motivasi tersendiri untuk dapat menunjukan kemampuanya kepada sang manajer baru. Semangat mereka semakin berlipat karena bermain di depan pendukungnya sendiri.
PERTANDINGAN SARAT EMOSI
Catatan historis persaingan antara Manchester United dan Arsenal tentu bisa menjadi bibit untuk terciptanya pertandingan sarat emosi. Insiden Battle of Old Trafford 18 tahun yang lalu bisa menjadi pelecut semangat dan emosi bagi setiap pemain. Terutama, pemain-pemain yang benar-benar bermain untuk logo di dada kiri.
Terlepas dari susunan pemain, taktik, dan strategi, mental justru akan menjadi faktor pembeda dan penentu terhadap hasil akhir pertandingan. Manchester United mungkin sedikit diunggulkan karena di atas kertas kualitas dan mental pemain berada di atas Arsenal.
Tapi, young gunners punya tekad yang nggak bisa diremehkan sama sekali. Kita semua bisa melihat passion yang ditunjukan oleh Smith Rowe, Saka, Martinelli, Tomiyasu di sepanjang musim. Faktor-faktor seperti ini yang justru lebih penting.
Yang jelas, laga nanti akan ramai baik di Old Trafford, Manchester, London, dan tentunya Twitter.