IDGooners.com – Kebanyakan penikmat sepakbola lebih tertarik menonton proses terjadinya gol. Apalagi gol khas Arsenal yang terbangun dari set play yang indah. Persis seperti tiga gol yang berhasil tersarang dari kaki punggawa The Gunners hari Minggu lalu di Vicarage Road. Sehingga tak heran kalau yang muncul di media adalah pemain yang terlibat langsung terhadap gol yang tercipta.
Namun, keindahan sepak bola tidak terbatas soal gol saja. Bahkan ada sekelompok orang yang justru bisa menikmati keindahan timnya dalam bertahan. Atas dasar sudut pandang tersebut, akhirnya muncul banyak filosofi yang sekarang kita kenal. Contoh mudahnya ya sebut saja tiki-taka, catenaccio, gegenpressing, gegendepressing, pokoknya semacam itu lah.
Sayangnya, banyak pemain yang berperan penting namun jarang tersorot media. Tempo hari, Pep Guardiola memberikan pernyataan bahwa banyak pemain dengan kontribusi besar kepada tim namun tidak terlihat dalam statistik. Pelatih asal Spanyol tidak menyebutkan secara spesifik siapa pemain yang ia maksud. Namun, menurut saya ada satu orang yang sering terlupakan padahal kontribusinya sangat amat besar. Dia adalah Thomas Partey.
ROH PERMAINAN
Nama-nama seperti Bukayo Saka, Martin Odegaard, Emile Smith Rowe, dan Gabriel Martinelli mungkin lebih banyak dibahas oleh media hingga fans. Tidak heran karena para pemain di atas berkontribusi langsung terhadap gol-gol Arsenal belakangan ini. Apalagi umur mereka yang masih terbilang muda dan betapa underdog nya Arsenal musim ini. Sinar mereka terpancar akibat kehadiran Partey yang memberikan kenyamanan di lini tengah.
Jika kita melihat perbandingan dua heatmap di atas, Partey di Arsenal memiliki daya jelajah yang lebih luas. Ia juga beberapa kali masuk ke dalam kotak penalti walaupun baru mencetak satu gol musim ini. Selain itu, area operasional gelandang asal Ghana ini fokus di area tengah. Jarang sekali ia bergerak ke samping. Posisi tersebut membuatnya lebih leluasa untuk membaca situasi pertandingan.
Sebagai seorang kaisar, Partey dalam skema permainan Arteta berperan sebagai distributor bola. Dia adalah roh. Gelandang asal Ghana ini menjadi orang pertama yang Gabriel/White cari untuk memulai serangan. Ketika dua sayap melebar, Xhaka dan Odegaard berdiri di tengah lapangan untuk mengikat gelandang lawan agar tidak mendekati Partey. Pada saat itulah momen Partey mendapatkan bolanya, melakukan scanning, merencanakan aliran bola, lalu menyerahkan bolanya ke Odegaard, Saka, atau Laca.
baca juga : Aaron Ramsdale, Kiper Degradasi Yang Hobi Cleansheet
Perannya seakan selesai setelah bola berhasil progress. Namun sebenarnya, Partey lah yang bergerak mengikuti arah bola. Ia menjadi opsi umpan tambahan jika bola sulit masuk ke area penalti lawan. Posisi Partey membebaskan kreasi 4 pemain depan Arsenal. Oleh sebab itu, tak heran lahir gol-gol indah hasil kretivitas set play 4 pemain depan Meriam London.
Pada fase transisi, ia bersama Granit Xhaka menjadi orang pertama yang bertugas memutus serangan balik lawan. Meskipun Xhaka belakangan ini berdiri lebih ke depan, namun peran ini tidak sepenuhnya hilang. Sedangkan pada fase bertahan, Partey berdiri di depan Gabriel/White untuk menutup celah tembakan dari lini ke dua. Terbayang kan betapa krusialnya peran Partey?
TIDAK TERLIHAT DI STATISTIK
Jika anda ketik “Statistik Partey” di mesin pencari, anda hanya akan menemukan kekecewaan. Karena yang muncul hanya statistik soal jumlah gol, asist, kartu kuning, dan kartu merah. Bukan salah si mesin pencari, tapi salah keyword saja. Sekarang coba ganti keyword dan kunjungi sejumlah website statistik seperti fbref, whoscored, sofascore, dan lain-lain. Niscaya anda akan mengerti letak keistimewaan Partey.
Berdasarkan data-data statistik yang disajikan oleh website di atas dapat disimpulkan bahwa keistimewaan Partey adalah ball control. Maksud ball control di sini bukan hanya penguasaan bola ketika bola ada di kakinya, tetapi juga ketika bola ada di kaki rekannya. Cara Partey mengontrol bola adalah dengan pemilihan posisi, pengaturan distribusi bola, dan serangan kejutan berupa tembakan keras yang masih ia latih (harus berlatih lebih keras sih). Ini yang menjadi alasan mengapa artikel ini berjudul Partey The Emperor.
baca juga : Spidersense David O’Leary
Penampilan Partey musim ini secara statistik adalah penampilan terbaiknya selama berkarir di sepak bola. Musim ini ia baru tampil sebanyak 20 pertandingan tapi sudah melampaui beberapa statistik musim lalu ketika ia bermain hanya 24 pertandingan. Apalagi, musim ini Partey tidak banyak mengidap cidera atau Covid-19. Arteta sepertinya sangat menjaga fisik Partey karena ia sadar betapa pentingnya peran mantan pemain Atletico Madrid ini.
MENUJU SINGLE PIVOT
Asumsi saya pribadi, tujuan utama Arteta adalah ingin membentuk Arsenal seperti Manchester City di tangan Pep Guardiola. Periode karir sebagai asisten Pep membuatnya terinspirasi untuk diterapkan juga di Gudang Peluru. Oleh karena itu, Arteta perlahan mentransformasi timnya untuk bermain dengan single pivot. Ia ingin menjadikan Partey seperti Rodri di Manchester City.
Asumsi ini semakin menguat ketika melihat Xhaka yang lebih banyak bergerak ke depan. Sehingga meninggalkan Partey sendirian di tengah didukung oleh inverted wingback (Tierney atau Tomiyasu). Hal ini persis apa yang Pep terapkan di Manchester City. Secara garis besar, mantan pelatih Barcelona ini membentuk dua segitiga di sisi kiri dan kanan dan menyisakan satu penyerang mobile yang mengikat bek tengah lawan.
Kemungkinan besar kita akan melihat Arsenal yang seperti itu. Xhaka di Swiss juga sebenarnya bergerak lebih ke depan. Bedanya, Swiss menggunakan skema 3 bek sedangkan London Merah menggunakan 4 bek. Sistem ini menurut saya adalah sistem yang rumit namun sangat efektif dan cocok dengan filosofi permainan. Pep dalam film dokumenter All or Nothing Manchester City tahun 2018 juga menyebutkan bahwa sistem ini adalah sistem tingkat tinggi.
Saya pribadi sangat menantikan Arsenal dengan single pivot. Meskipun sulit bukan berarti tidak mungkin. Mungkin Arteta akan mendatangkan gelandang kreatif lainnya di jendela transfer musim panas mendatang. Untuk mendampingi Martin Odegaard dan mengganti posisi Xhaka. Kita hanya perlu mendukung sambil menikmati prosesnya.