Brentford 2 vs 0 Arsenal : Keropos di Belakang, Buntu Di Depan

IdGooners.com – Laga pertama The Gunners berujung mengecewakan. Arsenal tunduk di kandang The Bees dengan skor 2-0 tanpa balas. Hasil ini membuat Mikel Arteta lagi-lagi memecahkan rekor (buruk). Kekelahan dini hari tadi mencatatkan bahwa untuk pertama kalinya Arsenal kalah melawan tim promosi di pertandingan pembuka sejak tahun 1976.

SUSUNAN PEMAIN

HIGH PRESS BRENTFORD MEMBUAT ARSENAL RAGU-RAGU

Arsenal menerapkan high line defensive dengan melakukan pressing ketat oleh 3-4 pemain di depan. Brentford menjawab dengan tidak mengambil resiko dan bermain lebih direct dengan mengirimkan bola langsung ke arah Ivan Toney. High line defensive Arsenal tampaknya belum sempurna. Pada bebera momen, Canos atau Henry di sisi kanan dan kiri berhasil lolos dari penjagaan dan hampir membahayakan gawang Leno.

Begitu juga dengan Brentford. Bedanya, The Bees berani menekan dengan 4-5 pemain hingga The Gunners ragu-ragu untuk melakukan build-up serangan dari belakang. Sambi dan Xhaka yang ikut turun tidak cukup untuk membuat Meriam London keluar dari tekanan. Pemain lain seperti Smith Rowe, Pepe, bahkan Balogun seharusnya turun ke belakang untuk memperkecil jarak antar pemain sehingga Arsenal bisa melakukan kombinasi umpan pendek untuk keluar dari tekanan. Arsenal terlalu takut mengambil risiko saat penguasaan bola mereka terus mendapatkan tekanan dari Brentford. Mereka memilih melesatkan bola jauh ke depan dibanding melakukan kombinasi umpan pendek untuk lepas dari tekanan. Padahal, mereka memiliki kapabilitas untuk melakukan itu.

MASIH PACEKLIK

Cukup banyak celah yang bisa Arsenal manfaatkan, terutama di sayap. Skema 3-4-1-2 milik Brentford kurang mampu menutup area di belakang pemain sayap mereka. Sehingga, berulang kali Pepe atau Tierney mendapatkan ruang di area tersebut. Emile Smith Rowe sangat rajin dalam menemukan celah-celah tersebut. Dia hampir tidak pernah absen untuk mondar-mandir untuk menciptakan ruang dan segera menemukan posisi untuk menciptakan kombinasi. Selain itu, lini tengah Arsenal berhasil mengambil alih penguasaan bola. Kombinasi antara Xhaka dan Sambi berjalan cukup baik. Sayangnya, Arsenal masih kesulitan untuk memaksimalkan peluang menjadi gol. Lini depan Arsenal masih dilanda paceklik. Absen nya Aubameyang dan Lacazette tidak bisa menjadi alasan karena andaikan mereka bermain pun tidak menjamin akan meningkatkan ketajaman Meriam London.

ARSENAL KEKURANGAN SOSOK PETARUNG

Liga Inggris yang sarat dengan ketegangan membuat sosok petarung di dalam tim sangat penting. Satu pertandingan di Liga Inggris bisa dimenangkan oleh tim yang “ngotot” meskipun tim tersebut secara kualitas pemain di atas kertas jauh di bawah lawannya. Berkaca dari pertandingan dini hari tadi, tidak banyak pemain di skuad Mikel Arteta yang memiliki mental petarung. Bisa dibilang hanya Granit Xhaka dan Kieran Tierney yang berani bertarung dan berduel untuk memperebutkan bola.

Mental petarung secara teknis sangat bermanfaat dalam melakukan counter press (pressing setelah lawan berhasil merebut bola). Selain itu, sosok petarung akan memotivasi rekan-rekannya untuk bermain lebih ngotot. The Bees hampir selalu memenangkan duel baik aerial duel maupun ground duel. Selain kalah duel, The Gunners juga hampir tidak pernah mendapatkan second ball (bola yang bergulir setelah terjadinya duel). Kemenangan-kemenangan kecil seperti itu yang membuat Brentford bermain jauh lebih efektif dan berhasil meredam build-up Meriam London.

SAMBI MEMBERIKAN KENYAMANAN

Satu hal yang membuat sedikit harapan adalah dari permainan Sambi Lokonga dan Smith Rowe. Peran Sambi sebagai box to box sangat memberikan warna baru di lini tengah Arsenal. Dia mampu membuat Smith Rowe lebih leluasa, nyaman, dan berani mengeksplore ruang di antara lini tengah dan belakang Brentford. Alhasil Leno memberikan umpan jauh ke depan. Gagal dan justru menjadi peluang serangan balik beruntung masih kena mistar.

Peran Trequartista yang Arteta percayakan kepada Emile Smith Rowe bukan keputusan yang salah. Pemain yang baru saja mendapatkan nomor 10 tersebut cukup menunjukan kapabilitasnya sebagai Trequartista modern. Meskipun belum sempurna, Smith Rowe masih bisa banyak belajar dan berkembang. Seiring nantinya pertambahan pengalaman dan jam terbang, Smith Rowe sangat bisa menjadi Trequartista papan atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *