IDGooners.com — Kamu pernah gk jadi algojo pinalti di kejuaraan tingkat sekolah trus gagal?
Atau pernah gak kamu jadi pemain terakhir dibelakang untuk menghentikan laju striker namun kamu malah tergelincir dan membuat tim kamu kalah?
2 hal (tekanan) itu masih belum sebanding apa yang dihadapi Bukayo Saka saat diperintah pelatihnya untuk mengambil posisi penendang pinalti ke 5 di final Euro kemarin.
Anak muda usia 19 tahun itu harus menahan beton (harapan) yang bertumpuk di bahunya. Pelatih, rekan setim, keluarga, fans dan juga dirinya sendiri. Tapi ketika Donnaruma menepis tendangan Saka, dunianya pun runtuh.
Menjaringkan bola ke gawang selebar 7 meter itu bukan perkara mudah. Kalian yang hanya menontonnya dari layar kaca terlihat mudah namun beda situasinya ketika kamu yang jadi pemain.
Ada banyak faktor yang meliputi dalam tembakan 12 meter itu, kita ambil 3 saja. Teknik, mental dan juga keberuntungan.
Teknik
Baik penendang maupun penjaga gawang pasti memiliki tekniknya sendiri dalam keadaan itu. Jorginho dengan ciri khasnya yaitu dengan penalti hop sering sukses mengelabui lawannya.
Emilliano Martinez kiper Argentina pun juga teknik yang cukup jitu untuk ngancurin mental penendang. Udah liatkan video dia ngebacotin beberapa pemain Brazil saat adu pinalti?
Mental
Menendang pinalti perlu konsentarsi tingkat tinggi dan juga ketenangan luar biasa. Pertandingan biasa saja bisa gagal apalagi bertajuk final.
Ketika pemain ditunjuk menjadi eksekutor, dia harus yakin kalau dia mampu dengan tanggung jawab itu. Kunci utamanya adalah percaya diri.
Keberuntungan
Siapa yang menyangka pemain hebat macam Ronaldo atau Messi bisa gagal saat menendang pinalti?
Siapa sangka Kim Kallstrom sukses melakukan tugas yang diberikan Wenger saat dia jadi algojo pinalti Arsenal di semifinal FA Cup melawan Wigan padahal dia baru saja sembuh cedera?
Faktor ‘Luck’ juga jadi hal yang menentukan saat tendangan penalti karea adu pinalti kadang juga disebut adu keberuntungan.
Kalah dan disalahkan adalah resiko yang harus ditanggung tapi tidak pantas bagi mereka yang sudah berusaha lalu kita pinggirkan.