Senyum Ramsdale dan Kesungguhan Meriam London – Review Liverpool vs Arsenal

sumber gambar : football365.com

IdGooners.com – Hasil akhir di Anfield pada akhir pekan lalu bukanlah hasil yang mengherankan. Pendukung Arsenal pun yang terselimuti rasa optimis sadar diri bahwa melawan pasukan Jurgen Klopp akan jadi pertandingan yang mengakhiri catatan unbeaten. Di atas kertas dan di atas lapangan, Liverpool sangat mendominasi. Ditambah lagi, Anfield masih terlalu horor untuk Meriam London yang terakhir membisukan Anfield di tahun 2012.

Hasil ini juga membuktikan bahwa torehan unbeaten dalam 10 laga beruntun ternyata tidak cukup menjadi bekal The Gunners untuk mengejutkan Anfield. Melawan tim seperti Liverpool tidak cukup jika hanya mengandalkan taktik, skill individu, strategi, dan unsur-unsur teknis lainnya. Tapi juga mental yang justru berbicara lebih banyak.

Babak pertama, anak asuh Mikel Arteta mampu meredam serangan ugal-ugalan Salah dan kawan-kawan. Pertahanan cukup solid dan lagi-lagi performa Ramsdale yang berulang kali menyelamatkan gawang The Gunners. Alhasil, Liverpool hanya mampu mencetak satu gol dari set piece.

Liverpool lebih beringas di awal babak kedua. Tekanan yang mereka ciptakan membuat para pemain muda kaget. Mereka belum terbiasa merasakan tekanan se-besar itu. Mulai di momen itu banyak sekali kesalahan yang dilakukan para pemain muda Mikel Arteta. Puncaknya adalah blunder salah umpan Tavares yang berujung gol melalui kaki Diogo Jota. Setelah itu, mental seluruh tim jatuh dan Liverpool mampu mencetak dua gol tambahan dan menutup laga dengan skor 4-0.

Perbedaan kualitas dan pengalaman membuat hasil laga ini tampak sangat timpang. Sangat wajar, jika skuad muda yang terbentuk dua bulan lalu kalah melawan skuad senior yang terbentuk 3 tahun lalu. Sangat amat wajar.

***

Mari kita sampingkan skor akhir, lalu mundur beberapa langkah untuk melihat pertandingan dengan perspektif lebih luas. Laga berat ini cukup menunjukan bahwa Arteta membawa progress bukan hanya dari permainan tetapi juga mental.

Selama 90 menit dalam situasi tertekan, pemain Arsenal tampak bermain penuh determinasi. Berusaha dan berani melawan tekanan dengan berulang kali mencoba bermain dengan organisasi yang mereka bangun dalam dua bulan terakhir.

Kita bisa melihat mimik dan gestur Tomiyasu yang mengawal Sadio Mane dengan penuh fokus dan determinasi. Tavares dan Gabriel yang bahu membahu mengantisi pergerakan Salah. Dan yang paling membahagiakan adalah melihat Aaron Ramsdale yang selalu tersenyum selepas dia melakukan penyelamatan gemilang. Ini adalah detail kecil, yang menunjukan kesungguhan mereka bermain untuk logo di dada kiri, namun tetap menikmati pertandingan.

Meskipun mental ini hanya berjalan selama 45 menit pertama, tapi kita bisa melihat bahwa tim ini punya potensi. Yang namanya potensi, jika dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi sesuatu yang berharga. Tapi jika tidak, potensi ini hanya akan berakhir sia-sia.

***

Agar dapat memaksimalkan potensi-potensi yang kini skuad Arsenal miliki dan juga tunjukan, Arteta perlu menumbuhkan mental juara. Tugas berat ini tidak bisa mereka capai dalam 2-3 pekan saja. Ini adalah long-life learning yang melibatkan banyak pihak. Mulai dari pemain, pelatih, hingga fans.

Empat gol yang bersarang di gawang Ramsdale menjadi “pupuk” mental kualitas premium bagi pasukan muda Mikel Arteta. Pemain baru seperti Tomiyasu, Sambi, dan Tavares yang bermain sejak awal laga mendapatkan pengalaman harga yang baru mereka dapatkan di premier league.

Kekalahan dan empat gol tersebut akan hanya jadi ingatan saja jika tidak mereka manfaatkan untuk menjadi pelajaran. Dengan pengalaman di laga tersebut, besar harapan di laga berat berikutnya mereka bisa lebih survive dan mampu mengendalikan mental mereka sehingga bisa bermain dengan kualitas terbaiknya.

Mental juga yang akan berbicara dalam kompetisi-kompetisi elit. Mental juga yang lebih banyak berperan di laga krusial seperti di laga semi final hingga final. Secara tidak langsung, prestasi akan datang seiring berkembang dan bertumbuhnya mental yang dikemas dengan organisasi dan skema permainan yang solid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *