Throw-In Bukan Hanya Sekedar Melempar Bola

Takehiro Tomiyasu takes a throw-in, watched by David Moyes West Ham manager at the Arsenal v West Ham United EPL match, at the Emirates Stadium, London, UK on 11th December, 2021. PUBLICATIONxNOTxINxUK

Satu hal yang pasti terjadi dalam suatu pertandingan sepakbola adalah throw-in. Skor bisa saja 0 – 0 tapi throw-in tidak mungkin 0 – 0. Sehebat apapun 22 orang di atas lapangan, mustahil menjaga bola untuk tidak keluar lapangan selama 90 menit. Sayangnya, throw-in masih dianggap sekadar melempar bola saja. Pembahasan soal throw-in masih terbilang jarang. Kebanyakan membicarakan seputar teknik melemparnya saja agar sesuai dengan aturan pertandingan. Atau membahas soal pemain yang bisa melempar bola dengan jarak yang jauh, sehingga lemparannya menyerupai sepak pojok (yep, Rory Delap).

Padahal momen throw-in bisa menjadi penentu dalam sebuah pertandingan. Masih ingat gol Martinelli ke gawang Watford? Gol tersebut berawal dari quick throw-in Saka (yang dibantu oleh Arteta) yang segera memberikan bola ke Cedric. Bayangkan jika saat itu Saka tidak tanggap atas inisiatif Arteta yang secara cepat mengambilkan bola untuknya. Besar kemungkinan laga tersebut akan berakhir draw bagi Arsenal (Moussa Sissoko berhasil memperkecil ketinggalan menjadi 2-3 pada menit ke-87).

Sekilas, cerita di atas hanya sebuah kebetulan. Andaikan iya, harus diakui ternyata gol dari effective throw-in (yang dianggap kebetulan), pada kenyataannya bisa memberikan dampak yang sangat besar terhadap hasil akhir pertandingan. Lalu, apa jadinya jika skema throw-in secara khusus direncanakan, dilatih, dan dibiasakan? Tentu probabilitas terjadinya momen (gol) tersebut akan meningkat. Sehingga, bisa dikatakan kalau throw-in bukan hanya pelengkap pertandingan saja. Bahkan tim sekelas Liverpool sudah memasukkan throw-in sebagai bagian dari game plan mereka.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana caranya?

“The Long, Fast, and Clever Throw-in”

Tak banyak orang yang kompeten untuk menjawab pertanyaan di atas dan Thomas Gronnemark adalah salah satunya. Pria yang menjadi bagian Liverpool sejak 2018 ini adalah seorang throw-in specialist. Menekuni throw-in coaching sejak 2004, Thomas menemukan filosofinya sendiri dan menamainya dengan sebutan “The Long, Fast, and Clever Throw-in”. Melalui laman pribadinya, ia menjelaskan bahwa filosofi ini bertujuan untuk menjaga penguasaan bola, membuka ruang dan menciptakan peluang (untuk mencetak gol). Banyak tim kehilangan penguasaan bola pada situasi throw-in under pressure dengan persentase di atas 50%. Menurutnya, sebuah tim harus benar-benar memperhatikan skema throw-in layaknya skema set piece.

Sesuai namanya –“The Long, Fast, and Clever Throw-in”- , Gronnemark mengatakan ada tiga jenis throw-in yang ia latih untuk para pemain. Pertama adalah long throw-in dengan jarak hingga 40 meter. Menurutnya, penting bagi sebuah tim untuk memiliki bek sayap dengan kemampuan long throw-in. Ia mencontohkan throw-in Joe Gomez saat Inggris bersua Kroasia pada laga UEFA Nations League pada November 2018. Prinsipnya semakin panjang jarak lemparan, semakin luas area lemparan yang bisa dimanfaatkan. Sehingga peluang mempertahankan penguasaan bola pun semakin besar.

Berbeda dengan long throw-in, fast throw-in sedikit lebih sulit untuk diterapkan. Karena pelatih tidak hanya harus melatih sang eksekutor tapi juga harus melatih pergerakan penerima bola. Kunci dari fast throw-in adalah respon. Karena secara logika, semakin cepat throw-in maka kesempatan lawan untuk melancarkan tekanan pun semakin kecil. Maka dari itu, Thomas menjelaskan bahwa untuk dapat melakukan fast throw-in setiap pemain perlu memiliki respon yang cepat. Ia juga menambahkan bahwa jenis throw-in ini sangat penting dalam situasi serangan balik atau counter attack.

Clever throw-in lebih menekankan kepada timing. Selain itu, dalam melakukan clever throw-in sang pelempar harus memiliki lemparan yang presisi. Sebisa mungkin bola mengarah ke kaki, bukan ke pinggang atau dada karena memiliki risiko kehilangan bola lebih besar. Keistimewaan clever throw-in adalah dengan menciptakan ruang di antara penerima bola. Ruang tercipta dari kombinasi pergerakan para penerima bola. Maka dari itu, setiap pemain harus memiliki semacam indra untuk mengenal ke mana mereka harus bergerak, kapan, dan secapat apa. Tidak heran jika Thomas menambahkan bahwa  clever throw-in membutuhkan latihan rutin.

Evolusi Sepakbola Berkat Throw-in

Filosofi throw-innya berhasil membawa Gronnemark melanglang buana ke berbagai belahan dunia. Ia menjelma sebagai seorang Freelance Throw-In Coach di beberapa tim, salah satunya Liverpool. Kehadiran Thomas membantu Jurgen Klopp untuk menurunkan persentase kehilangan bola dalam situasi throw-in under pressure. Sebelum Thomas datang, Liverpool adalah salah satu tim dengan throw-in possession under pressure terendah (45,4%). Namun setelah kedatangannya pada tahun 2018, ia menyulap catatan tersebut. Liverpool merangsek ke atas sebagai tim dengan throw-in possession under pressure terbaik (68,4%) di liga Premier League.

Musim 2018/2019 adalah musim pertama Thomas bekerja. Awalnya ia hanya dikontrak sampai setengah musim saja, namun karena capaian yang bagus akhirnya Liverpool memberikan kontrak penuh padanya. Berkat perbaikan di skema throw-in, Liverpool berhasil meraih gelar juara Liga Champions tahun 2018/2019 dan juara Liga Inggris di tahun berikutnya. Berkat catatat impresif tersebut ia mendapatkan beberapa tawaran dari klub profesional lain untuk melatih throw-in. Namun, Thomas membatasi bahwa ia hanya akan melatih satu klub di liga yang sama untuk menjaga kredibilitasnya.

Seiring meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya throw-in, banyak klub yang mulai berbenah di sektor tersebut. Awalnya, sebuah tim professional memiliki seorang pelatih utama, asisten pelatih, pelatih penjaga gawang, pelatih set piece, dan analis. Kini mereka perlu menambah staf pelatih baru yang khusus melatih skema throw-in. Selain itu, seorang physiotherapist perlu memikirkan otot badan bagian atas agar menunjang pemain dalam melakukan long throw-in. Bahkan tidak menutup kemungkinan, federasi sepakbola mengubah aturan throw-in.

Perlahan pandangan tentang throw-in akan terus berkembang. Bermula dari pemahaman throw-in sebagai ajang sekedar melempar bola aja, hingga pada akhirnya akan datang hari ketika banyak orang sadar bahwa throw-in bisa menjadi senjata rahasia untuk mengubah hasil pertandingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *