IdGooners.com – Penonton di Emirates Stadium pulang dengan sumringah setelah Lacazette memimpin The Gunners untuk meraih tiga poin penting. Dua gol tanpa balas dari dua pemain muda jadi suatu nilai tambah penampilan Arsenal dini hari tadi. Hasil ini membawa Meriam London naik ke posisi 4 klasemen sementara dengan torehan 29 poin.
Secara keseluruhan, permainan The Gunners cukup baik. Menguasai pertandingan, solid di belakang, dan menciptakan cukup banyak peluang. Barisan belakang semakin menunjukan organisasi dan koordinasi yang solid. Lini tengah berhasil membuat Declan Rice kesulitan mengembangkan permainan dan lini depan perlahan menunjukan ketajamanya.
Pertanyaanya, kok bisa?
Banyak sudut pandang yang bisa menjawab pertanyaan di atas. Dari kaca mata taktikal sudah banyak media yang membahas. Kali ini, Indonesian Gooners mencoba menjawab pertanyan di atas dengan tutorial meredam giant killer dari sudut pandang non-taktikal.
MEMPERTAHANKAN INTENSITAS
Kalau kita sedikit mundur ke belakang, terutama saat bertemu Everton dan Manchester United, anak asuh Mikel Arteta menunjukan permainan intensitas tinggi di awal laga hingga menciptakan gol di babak pertama. Tapi, apa yang terjadi setelah itu? intensitas Meriam London langsung menurun drastis. Hampir seluruh pemain menunggu bola. Tidak ada lagi inisiatif untuk merebut bola dan intensitas yang mereka ciptakan di awal laga memudar dengan sendirinya.
Alhasil, kena comeback.
Laga dini hari tadi sedikit berbeda. Pada babak pertama anak asuh Mikel Arteta justru tidak menciptakan intensitas yang eksplosif. Cukup tinggi tapi tidak spektakuler. Sehingga, mereka bisa menjaga intensitas tersebut hingga babak pertama usai dan berhasil mendominasi babak pertama meskipun belum mencetak gol.
Selepas jeda, Lacazette dan kawan-kawan menunjukan intensitas yang lebih tinggi dari babak pertama. Ini jelas berbeda dari laga melawan Everton dan United yang justru intensitas The Gunners anti klimaks di babak ke dua. Alhasil, di awal babak kedua Arsenal berhasil mencetak gol ciamik hanya dari dua pergerakan bola (Gabriel ke Lacazette, Lacazette ke Gabi, Gabi shoot, gol).
Unggul satu gol kali ini justru membuat Arsenal semakin haus. Intensitas mereka tetap terjaga hingga bisa mencetak gol kedua melalui serangan balik cepat Emile Smith Rowe dan Bukayo Saka. Meskipun ada momen di mana West Ham mendominasi setelah Coufal diusir wasit. Ini perlu dievaluasi tapi its okay. Kita berharap di laga-laga berikutnya tidak ada lagi momen lawan bisa menguasai pertandingan dan mengembangkan permainan mereka. Kuncinya adalah mempertahankan intensitas.
PERCAYA DIRI
Sudah jelas, skuad Mikel Arteta dini hari tadi jauh lebih muda dibanding skuad yang diturunkan David Moyes. Namun, para bocil justru tampil berani dan percaya diri meskipun berhadapan dengan banyak pemain senior. Mereka tidak gentar kala berduel, memegang bola, dan menciptakan kombinasi.
Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana Gabriel Martinelli beberapa kali mengadu lari Vladimir Coufal di sayap kiri. Atau bergerak di ruang antara bek tengah West Ham United. Kita juga bisa melihat Saka-Tomiyasu-Odegaard melakukan kombinasi umpan pendek di sayap kanan. Tidak lupa keberhasilan Tierney “mengantongi” Mikhail Antonio yang badanya mirip Brock Lesnar baru pensiun.
Kalo Ramsdale gausah ditanya lagi lah ya.
“MEROBEK” VOUCHER PENALTI
Meskipun sudah beranjak dari euforia harbolnas 12.12, ternyata dini hari tadi Arsenal baru kebagian jatah voucher pernalti. Tapi, Lacazette sang eksekutor justru “merobek” voucher yang akhir pekan lalu sangat berharga untuk sejumlah tim “raksasa” (katanya). Entah Lacazette terbebani ban kapten di lengan atau emang ia sengaja “merobek” voucher penalti biar lebih greget aja. Wallahu a’lam bish-shawabi.