IDGooners.com – Mengawali tahun 2022, tim asuhan Mikel Arteta langsung berjumpa dengan pemuncak klasemen, Manchester City. Pasukan Pep Guardiola akan menjadi tim yang paling cocok untuk menguji progress yang telah The Gunners tunjukan selama paruh musim. Banyak yang beropini bahwa dulangan poin Arsenal hanya berasal dari tim yang bukan tandingannya. Kita mungkin sudah melihat progress di atas lapangan. Tapi, kita belum melihat perkembangan mental yang berhasil Arteta tanamkan.
Maka dari itu, pertandingan ini akan menjadi pertandingan yang paling pas untuk menguji mental The Young Gunners.
Tanpa Arteta
Arsenal secara resmi mengumumkan bahwa sang manajer tidak akan berdiri di pinggir lapangan kala menjamu Manchester City. Mantan asisten Pep Guardiola ini harus menjalani isolasi mandiri karena terdeteksi positif Covid-19. Dengan begitu, Albert Stuivenberg akan hadir memimpin Meriam London dan berdiri di pinggir lapangan untuk menggantikan peran Arteta.
Kabar ini jelas merugikan The Gunners. Bagaimanapun, sosok pelatih di pinggir lapangan sangat penting. Secara teknis, Arteta pasti memberikan instruksi kepada Stuivenberg baik sebelum maupun setelah peluit awal pertandingan berbunyi. Zaman sekarang mudah sekali untuk berkomunikasi jarak jauh. Baik itu via telpon, saluran radio, kode morse, mesin enigma, bahkan telepati. Pokonya percaya aja udah.
Arteta mengaku laga ini sangat ia nantikan. Pasalnya, pertemuan pertama bulan Agustus lalu berakhir dengan skor yang memalukan. Dengan kondisi dan perkembangan tim hampir setengah tahun, tentu ia ingin membuktikan bahwa inilah Arsenal yang sebenarnya. Walaupun begitu, pelatih yang juga mantan pemain Arsenal sangat percaya dengan Albert Stuivenberg karena seluruh staf pelatih memiliki visi, misi, dan mimpi yang sama.
Melawan Penguasaan Bola
Dalam lima pertemuan terakhir, Arsenal hanya berhasil mengalahkan Manchester Biru sebanyak satu kali saja. Itu pun terjadi lebih dari satu tahun yang lalu. Meriam London di tangan Arteta selalu kesulitan menghadapi anak asuh Pep Guardiola, tandang maupun kandang. Salah satu kelebihan Manchester City di tangan Pep Guardiola adalah penguasaan bola yang sangat tinggi.
Hampir semua tim yang berhadapan dengan Manchester City kalah dalam penguasaan bola. Sehingga, mereka selalu berhasil mengembangkan permainan, menciptakan peluang dan mencetak banyak gol. Pemain seperti Kevin De Bruyne, Ilkay Gundogan, Bernardo Silva, Rodri, hingga Ederson memiliki kapabilitas dalam menjalankan taktik tersebut. Jadi nggak heran, kalau mereka selalu berhasil mempertahankan penguasaan bola.
Ada dua opsi ketika menghadapi tim dengan penguasaan bola sangat tinggi. Opsi pertama, merebut bola dengan pressing yang terstruktur dan ketat. Opsi kedua bemain dengan low block, membiarkan mereka menguasai bola dan mengandalkan serangan balik. Tapi, kita harus ingat bahwa Manchester City di bawah Pep sudah banyak mengunyah pengalaman. Jadi, mereka selalu punya jalan keluar untuk menghadapi tim dengan tipe permainan apapun.
Bagaimana dengan Arsenal?
Secara taktikal, opsi kedua terlihat menggiurkan. Tapi secara mental, bermain dengan opsi pertama lebih mengasyikan. Jangan minder bahwa di atas kertas pemain Arsenal memang tidak se-mentereng pemain Manchester City. Justru, sebagai underdog kita punya aspek kejutan yang tidak mereka miliki. Opsi ini sangat bisa Arteta terapkan melihat perkembangan pemain di lapangan yang belakangan ini tidak kendor dalam meluncurkan tekanan. Kuncinya adalah berani.
Tentu bermain dengan opsi pertama sangat berisiko. Tapi, justru di situ titik ujiannya. Sejauh mana mental Arsenal dalam menghadapi tim raksasa. Jangan mau diinjak melulu, harus melawan. Toh, Arsenal adalah tim yang bermain secara kolektif. 11 pemain yang hadir di lapangan harus berkontribusi dalam segala fase (bertahan, menyerang, transisi). Jadi, jangan khawatir dengan pertaruhan risiko.
Mba Najwa Shihab yang juga seorang gooners pernah mengutip sebuah kalimat:
Efektif Harga Mati
Tidak seperti laga-laga sebelumnya, bermain kontra Manchester City tidak mudah untuk menciptakan peluang. Meskipun di 3 laga sebelumnya berhasil mencetak lebih dari 3 gol, konsistensi efektivitas Lacazette dan kawan-kawan masih belum teruji. Laga malam nanti, bermain efektif adalah harga mati. Jangan sampai membuang peluang se-kecil apapun.
Pekan lalu bisa jadi modal yang bagus. Dengan torehan angka harapan gol (xG) yang lebih kecil dari jumlah gol menunjukan efektivitas yang mulai ada perkembangan. Lagi-lagi, laga malam nanti juga jadi pembuktian sejauh mana efektivitas yang telah Arteta kembangkan di dalam tim.
Tetap menempatkan The Winning Forward (Laca, Gabi, Martin, Saka) nampaknya akan jadi pilihan yang bagus. Martinelli dan Saka sedang dalam performa yang apik dan penuh percaya diri. Laca sebagai pemain senior akan menjadi ujung tombak untuk terus mempertahankan mental anak-anak muda di sekitarnya.
Kemenangan memang hasil yang selalu kita ingin capai. Tapi, “perlawanan” adalah mental yang ingin kita lihat di laga malam nanti.